Ayo Hukum Siswa Kita
“Pendidikan
tidak menuai benih pada dirimu, pendidikan membuat benihmu tumbuh dan
berkembang”
Sahabat AYO MENDIDIK tentunya sudah faham arti
kelimat di atas. Pendidikan yang kita berikan kepada anak-anak atau siswa-siswi
kita tujuan utamanya bukan kepada kita sendiri, namun untuk mereka agar bisa
tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang lebih baik. Mendidik memang berbeda
dengan mengajar. Mendidik memerlukan lebih esktra kesabaran untuk mencapai
tujuan. Karena mendidik berhubungan dengan sisi emosi dan jiwa kita.
Menghadapi siswa dengan
berbagai latar belakang yang berbeda memang tidak mudah. Latar belakang
keluarga yang heterogen juga menentukan bagaimana kondisi siswa kita. Siswa
yang berasal dari keluarga harmonis cenderung akan baik pula mengikuti
pendidikan di sekolah. Namun bagi mereka yang ada masalah keluarga, akan
bedampak kurang baik pula pada putra-putrinya.
Era digital memberikan
informasi lebih banyak dari pada nasehat yang kita berikan. Informasi yang
mereka dapatkan baik dari media sosial, lagu, film, dan teks elektronik
berlahan membantuk karakter mereka. Bagi kita guru dan orang tua yang kurang care
dengan hal ini, sama denganmembiarkan mereka tenggelam dalam lumpur seperti
kejadian di Palu dan Donggala. Satu kata MENGERIKAN!
Latar belakang yang berbeda
tersebut akan mereka bawa ke sekolah juga. Tidak semua siswa bisa malaksanakan
tugas dengan baik. Tidak semua siswa bersikap baik seperti yang diharapkan guru
dan sekolah. Disinlah pendidikan berperan untuk membantu mereka kembali kejalan
yang benar.
Beragam cara menyikapi
sikap mereka yang tidak sesuai dengan aturan. Hukuman adalah salah satu cara
untuk mengingatkan mereka agar sadar
bahwa yang dilakukan siswa tidak benar. Apa hukuman yang pantas diberikan
kepada siswa yang melanggar aturan? Setiap sekolah, kelas, dan guru tidak sama
menyikapinya.
Pada posting kali ini AYO
MENDIDIK ingin berbagi pengalaman cara mengukum siswa jika melanggar peraturan
yang sudah disepakati bersama, seperti apa ya hukumuannya?
Tentunya hukuman yang harus
diterima siswa setimpal dengan apa yang ia lakukan. Semakin berat pelanggaran,
semakin berat pulang hukuman yang harus ia terima. Hal ini penting bagi
pembelajaran bersama. Bahwa dalam kehidupan sebenarnya nanti setiap yang kita
lakukan pasti ada akibatnya. Sekolah memiliki tanggung jawab medidik mereka
lebih siap dengan hal ini.
siswa sedang menerima hukuman juga menanamkan budaya antree |
“Menempelkan kedua telapak
tanggan di dinding tembok, serta membaca istiqfar sejumlah yang disebutkan guru”
merupakan salah satu alternatif bagi kita untuk menghukum siswa yang melanggar
peraturan.
Kenapa harus menempelkan
tangan di tembok? Alasannya,
- Ketika mereka menempelkan telapak tangan di tembok ada waktu jedah buat mereka istirahat dengan tenang.
- Saat menempelkan tangan sambil membaca istiqfar, mata terpejamkan. Dalam hatinya memahami arti dari bacaanya. (bagi siswa yang tidak beragama Islam bisa membaca bacaan sesuai dengan agama dan kepercayaannya)
- Menirukan jamaah umroh dan haji saat menempelkan tangan di ka’bah. (ya semoga saja nanti saat mereka benar-benar menempelkan tanggan di Mekkah ingat pada gurunya dan mau mendokan kita. Amiin)
salah satu siswa dengan sadar menhukum dirinya sendiri karena merasa bersalah, ia tidak tahu saat difoto |
Apa pelanggaran yang
dilakukan dan bagaimana teknis hukuman ini dilakukan. Klik di sini
0 Response to "Ayo Hukum Siswa Kita"
Post a Comment