Melihat Serunya Kelas Alam Bumi Jatayu Tubing ke Sungai Karanganom Pasrujambe
Kelas
Alam Bumi Jatayu memberikan ruang kepada siswa untuk belajar di alam
mengembangkan dirinya. Sejenak melepaskan diri dari ruang balok dengan papan
tulis menempel di dinding. Kini kita belajar di alam, alam yang selalu ingin
mengajak bersahabat kepada kita. Memberikan segala hal yang kita inginkan. Sudah
sepantasnyalah kita ramah kepada alam, peduli padanya, dan jangan ada kata
merusaknya.
Alam
mengajarkan kepada mereka banyak hal tentang kehidupan. Dari alamlah kita hidup
dan akan kembali jua (sunatullah).
Nah,
setelah sekian lama Kelas Alam Bumi Jatayu tidak ada kegiatan . Hari ini
Minggu, 10 Februari kita GO OUT, Again!.
Tujuan kita hari ini adalah ke sungai di desa Karanganom Kecamatan Pasrujambe.
Siapa yang ikut, ya tentunya teman-teman kita yang sudah aktif berbuat baik dan selalu termotivasi
untuk melakukan hal baik selama pembelajaran tema 6. Jika ingin tahu prosedur
memilih juaranya klik di sini.
Ingin
tahu siapa kelompok Terbaiknya? Yap, kelompok B yang awal kegiatan tema 6
sempat tertinggal dengan kelompok D, berkat kegigihannya bisa melampaui kelompok D pada minggu terakhir. Secara rangking didapat dari yang terbaik adalah kelomok B, D, A, dan C. Jadi
yang berhak ikut Kelas Alam kali ini adalah kelompok B. Namun karena mobil
cukup 20 anak, dan kelompok B hanya 10 siswa maka kelas alam membuka
pendaftaran bagi yang ingin ikut. Tentunya tiket utama dimiliki kelompok D baru
A.
Nah,
setelah pendaftaran via whatsapp Sabtu, 9 Februari 2019 pukul 14.00, sebelum
Magrib kuota sudah cukup untuk 20 siswa. Tentunya semua ini dibatasi karena
mobil yang akan membawa kita hanya cukup 20 siswa. Jika nanti pak guru punya mobil pasti diajak semua heeeeee……
Berkisar
pukul 08.00 mobil penjemput sudah menuju Bumi Jatayu. Anak-anak yang sudah
tidak sabar segera berhamburan naik ke dalam mobil. Hem, terlalu bersemangat
sepertinya …. “Nah, kita turun dulu, breaving dan berdoa”, heeeeee ……
Mendung
menyelimuti kota Lumajang tercinta saat kami berangkat. Beberapa bulir air
sudah jatuh di bumi pertiwi. Sedih melihat cuaca saat itu yang nampak kurang
bersahabat. Namun tekad sudah bulat, hujan panas akan kita terjang bersama. Are you Ready!!
Setelah
20 menit di atas mobil tiba-tiba, “lo … kok sudah sampai?” kata anak-anak. Tujuan kita memang
cuman 9 km dari Alun-alun Lumajang. Ada waktu istirahat 15 menit di rumah ibu
di desa, sambil menyiapkan ban, serta alat-alat lainnya. Dengan berjalan rapi
kita melintas di jalan tanah yang ditumbuhi semak belukar kanan dan kiri. Beberapa
hewan merayap di tanah dan mereka teriak histeris ketakutan. Jalur ke sungai
kali ini memang alami banget, hujan yang sudah menyapa bumi beberapa bulan
membuat bumi kita lebih hijau menyejukkan.
Setibanya
di sungai kami melihat PADAS KEMBAR tempat main pak guru saat SD dulu. Hem …
tempatnya angker banget. Ada sekitar 5
batu PADAS besar sebesar rumah tertata tertumpuk di bagian selatan sungai. Sekitarnya
tumbuhan beraneka ragam tumbuhan dan nampak pohon bambu lebat tumbuh di sekitarnya.
Menurut cerita ada ular besar yang menjaga tempat itu …. hiiiii…… takut!
Kemudian
kami beralih tempat ke sebelah barat sungai. Tempat ini diberi nama BABAKANE
SAPI maksudnya dulu sering dipakai untuk memandaikan sapi. Temptnya lebih luas
sehingga arus air tidak begitu kencang. Beberapa menit kemudian kami duduk di
tepi sungai berendam, sambil mengamati Pak Guru yang memasang tampar di tebing
utara dan tebing selatan.
Kegiatan
pertama adalah kita akan belajar menyeberang sungai kira-kira 30 meter
jaraknya. Dengan berpengangan tampar yang sudah disiapkan Pak Guru, kami satu-persatu
melewati sungai yang arusnya bisa membuat kami hanyut jika tidak berpegangan
pada tampar. Kelompok pertama adalah siswa laki-laki. Seru banget, perasaan
takut juga kami rasakan, kaki seolah-olah ingin terbawa arus air. Jika benar
terbawa arus maka sebelah timur arus semakin kencang karena luas sungai sempit.
Meski pak guru siap menolong di belakang kami, namun perasaan takut masih
menyelimuti hati.
Iqtara
menangis tersedu-sedu mulai awal kegiatan sampai ia berjalan melewati sungai. Air
matanya terus deras mengalir sambil memegangi tampar. Alhamdulillah, akhirnya
bisa melampaui tantatangan pertama.
Tantangan
ke dua semakin menakutkan. Kami harus berjalan kearah barat menyusuri tepi
sungai. Kemudian satu peratu kami harus
hanyut mengikuti arus sungai seperti yang dicontohkan pak guru. Jika awal kita
menyebarang pakai tampar, kini menyebarang dengan cara menghanyutkan diri. Semakin
serem, karena sebelah utara adalah tebing berwarna gelap dan nampak ada goa-goa
hiiiiii….. takut.
Bagaiman kabar Iqtara? Ia masih di selatan sungai bersama
Nadia, meski badan dua anak ini tinggi menyamai pak guru namun usianya sama
dengan teman-temannya. Jadi masih suka takut kayak anak TK heeeee …… sambil
menangis Iqtara menyebarang sungai dengan cara menghayutkan diri.
Tubing
adalah kegiatan selanjutanya. Arus sungai yang kencang membuat kami
bergoyang-goyang saat berada di atas ban. Pertama pak guru menemani memegang
kaki, namun kemudian satu pesatu anak-anak berangkat sendiri-sendiri tubing. Pak
guru menunggu di timur untuk menyetop agar tidak terus terbawa air. Sambil
antri ban, kami juga bermain hanyut-hanyutan seru banget sampai tenggelam di
bawa arus. lanjut cerita KLIKI di sini>>>
Bravo Pak Guru...
ReplyDeleteTerima kasih mas
ReplyDelete