Kisah Asyiah dan Nenek Sebatang Kara (kujungan rumah edisi perdana tahun 2023) Peraih Juara 1 Olimpiade UN Jawa Timur
Seperti
apa siswa kita saat belajar di rumah? Di mana biasanya ia belajar? Tentunya dua
pertanyaan ini sering melintas dalam benak setiap guru. Salah satu murid yang saya
nilai unik adalah Asyiah. Dulu saat kelas 5 ia mampu meraih juara harapan olimpiade
matematika. Kelas enam saat ini ia pernah juara 2 cipta puisi, juara 3
olimpiade Bahasa Indonesia, dan kemarin juara 1 Olimpiade Ujian Sekolah Se Jawa
Timur di Surabaya. Tidak hanya itu, siswa ini juga punya talenta menari dan
menyanyi. Pada HUT Dito 1 tahun kemarin bersama teman-temannya kelas 6 ia juga
menyumbangkan telentanya mengisi acara tersebut.
Semester ganjil kemarin Asyiah terpilih menjadi Siswi teladan di kelas 6B. 90% suara teman-temannya memilih namanya. Hal ini kemungkinan Asyiah berprilaku baik, tutur katanya lemah lembut, dan suka membantu teman-temannya yang kusulitan dalam belajar.
tugas matematika semester 1 Asyiah, masih terpasang di ruang tamunya, kerenkan? |
Hal
yang membuat penasaran lainnya adalah Asyiah kini tinggal bersama neneknya. Dua tahun yang lalu ibunya dipanggil oleh Allah karena sakit. Ayah
dan ibunya sudah berpisah sejak Asyiah kecil. Neneknya memang penjuang ulung
pagi, siang, malam selalu menjadi “ojek” dan teman setiap kegiatan Asyiah di
sekolah. Pukul 14.00 pulang sekolah, pukul 15.30 ia kadang sudah harus kembali
lagi ke sekolah untuk mengikuti kegiatan yang lain. Saat berlatih drumband
neneknya biasanya pulang bersama Asyiah pukul 22.00, “…..pernah sampai rumah
pukul 23.00 kurang sedikit” tutur beliau. Perjungan yang luar biasa bukan?
Nah, Liburan sore ini ada
waktu longgar untuk jalan-jalan. Di rumah lagi sendirian, istri dan anak-anak
sedang berkunjung ke rumah neneknya. Setelah mohon ijin kepada neneknya untuk
hadir di sana ku pacu Kuda Jepang ke arah timur Lumajang.
Jl.
Bejo Deso Desa Wonokerto Kecamatan Tekung salah satu jalan untuk menuju ke
perumahan Graha Hadi yang lama. Jalan beraspal selebar 4 meteran dengan kanan kiri
sawah menjadi suasana sore yang indah untuk dinikmati. Namun jalan itu adalah
jalan saat saya pulang dari rumah Asyah. Jalan pertama yang saya lalui adalah Perumahan
Graha Hadi yang baru berdiri. Jadi jalan berliku-liku dan genangan air menjadi
sahabat saat memasuki area perumahan tersebut. Setelah berputar-putar dari
perumahan baru akhirnya memasuki perumahan lama. Karena google map tidak
kunjung memberi arah, akhrinya nenek Asyiah datang menjemput di Musholah
Perumahan.
Menurut
hemat saya bagi orang seusia nenek Asyiah perjalanan rumah ke sekolah tidak dekat
karena berkisar 5 sd 6 km. Usianya yang sudah memasuki angka 60 adalah tantangan
tersendiri untuk antar jemput cucu kesayangannya dengan motor. Namun lagi-lagi
salut buat beliau, hujan-panas, siang-malam, selalu setia mengantar cucu kesayangannya.
Subhanallah.
pintu masuk perumahan lama, keren pintu masuk perumahannya ya |
Rumah
nenek Asyiah adalah rumah putri pertamanya, beliau adalah almarhum ibunya
Asyiah. Sebelum dipanggil Allah mereka tinggal bertiga di rumah yang letaknya ujung
perumahan itu. Rumah sederhana tempat nenek Asyiah tidak menyurutkan Asyiah
rajin belajar hingga ia juga ikut mengharumkan nama sekolah di berbagai ajang
lomba. Tempat belajar Asyiah setiap harinya juga sederhana sekali (maaf tidak
bisa kami foto). Namun seingat saya Asyiah tidak pernah lupa dengan PRnya.
Tugasnya selalu selasi tepat waktu dan hasilnya maksimal.
Berjalan-jalan
di sekitar rumah Asyiah memberikan suasana berbeda. Kanan Rumahnya tembok
pembatas perumahan dengan sawah, kiri rumah kosong, depan rumah kosong. Wah, tantangan
tersendiri bukan? Kalau belajar malam Asyiah pasti lebih fokus karena suasana hening,
betul tidak?
Kisah
ini memberi pelajaran buat saya sendiri. Kesuksesan anak-anak itu berasal dari perjuangan
orang tua yang ikhlas membimbing, menemani, dan medoakan. Terkadang kemewahan
bukan jaminan untuk sukses. Kesederhanan membuat banyak orang terpacu untuk
lebih baik. Tetap semangat untuk terus belajar dan berjuang sesuai dengan yang kita
bisa, seperti nenek Asiyah. barokallohufikum
Mohon
doa juga, esok Asyiah bersama 20 teman lainnya akan ke Mojokerto untuk mengikuti
Olimpiade Soal UN tingkat Jawa Timur. Semoga Suskes. Amiin.
Sangat menginspirasi atas kisah ini semoga bermunculan Aisyah Aisyah yg lain di lumajang ini
ReplyDeleteterima kasih sudah berkunjung dan membacanya
ReplyDelete